Selasa, 26 Mei 2009

My Rich Friend




Memang terkadang kita bingung beradaptasi dengan sobat yang status ekonominya berada jauh di atas kita. Apalagi kalau sobat kita ini doyan banget menghambur-hamburkan uang, tanpa menyadari kalau teman-temannya nggak seberuntung dia.

Kondisi Menyenangkan
Sebenarnya berteman dengan sobat yang kaya raya banyak untungnya, lho. Selama kita bisa memanfaatkan keuntungan ini, kondisi pertemanan kita akan menyenangkan.
1. Bisa “numpang” fasilitas. Sobat kita yang kaya ini pasti diberikan fasilitas lengkap sama ortu-nya. Sedikit banyak kita pasti bisa menggunakan fasilitas ini bersama sobat, dong. Contoh: nebeng mobilnya untuk ke sekolah, ditraktir makan saat dompet kosong, atau kita diperbolehkan meminjam gadget-nya yang canggih.
2. Tahu info soal produk ternama atau tempat hang out yang mahal. Kalau sobat seorang shopaholic atau sosialita sejati, pasti kita akan dapat banyak pengetahuan seputar gaya hidup kalangan atas. Bahkan mungkin saja kita diajak hang out dan belanja bareng di tempat-tempat tersebut.
3. Pamor ikut naik. Biasanya,kan orang-orang kaya bukan hanya status ekonominya yang tinggi, tapi juga status sosialnya. Nah, dengan menjadi sobatnya si kaya, otomatis kita jadi ikutan terkenal dan dihormati.

Kondisi Menyebalkan
Namun, di antara semua kesenangan di atas, ada juga lho kerugian yang bikin kondisi pertemanan kita dengan si kaya jadi menyebalkan.
1. Diterpa gosip nggak sedap. Ada yang bilang kalau kita temanan sama sobat hanya karena ingin “menguras” isi dompetnya. Wah, nggak asyik banget kalau digosipin seperti ini. Bukan hanya reputasi kita yang rusak, persahabatan pun terancam bubar.
2. Dihantui rasa iri. Uang jajan besar jumlahnya, fasilitas lengkap, dan gaya hidup mewah. Setiap hari melihat semua keberuntungan yang dimiliki sobat, tanpa sadar kita pun menjadi iri kepadanya.
3. Pengeluaran bertambah besar. Sebagai teman yang baik, kita berusaha mengikuti gaya hidupnya. Tapi, kalau rutin belanja dan makan di tempat yang mahal, lama-lama dompet kita bisa jebol.
4. Ribet beradaptasi. Dia senang makan di restoran elit, padahal kita nggak biasa dengan aturan makan ala bangsawan. Saat kita ajak sobat makan di warung pinggir jalan langganan, dia langsung sakit perut. Pokoknya, ribet deh menyatukan dunia kita dengan dia.
5. Dibanding-bandingkan. Karena sering bareng, perbedaan kita dan sobat pun jadi terlihat jelas. Akhirnya, banyak orang yang membanding-bandingkan kita berdua, misalnya: “Eh, si A bajunya makin bagus, kok temannya si B malah makin dekil ya?” Bete kan mendengarnya?

Harus Menyeimbangkan
Kondisi yang menyebalkan di atas sebenarnya bisa kita atasi, kok. Selama kita dan sobat berkomitmen ingin memperkuat persahabatan, kita bisa bekerjasama untuk mengurangi dampak dari status yang nggak seimbang ini. Caranya:
1. Menyatukan perbedaan. Misalnya, kalau sobat nggak suka naik bus karena penuh dan panas, tapi kita juga nggak sanggup bayar taksi. Jalan keluarnya, pilih saja bus ber-AC yang nggak terlalu penuh. Pokoknya, kita cari jalan keluar yang bisa menguntungkan kedua belah pihak.
2. Saling mencoba beradaptasi. Jangan hanya kita yang dipaksa masuk ke dunia sobat. Sekali-kali, kita pun perlu memperkenalkan sobat ke kehidupan kita yang lebih sederhana. Siapa tahu dengan begitu dia jadi sadar bahwa terlalu menghamburkan uang itu nggak bagus, lho.
3. Bentengi diri dari pengaruh gosip. Banyak orang yang bisa saja nggak suka melihat persahabatan kita dan ingin memecah belah hubungan kita dengan sobat. Makanya kita dan sobat harus saling percaya agar bisa mengabaikan semua berita-berita bohong yang menyesatkan.

Tidak ada komentar: