Sabtu, 30 Mei 2009

5 Tanya: Mocca


GADIS dapat banyak kabar nih, kalau Mocca sering banget manggung di luar negeri. Wah, hebat, ya?

Sebenarnya, nggak juga, sih. Masih lebih sering manggung di sini, tapi mungkin kurang terekspos. Namun, memang sih, akhir-akhir ini kami dapat lumayan banyak tawaran ke luar negeri, bahkan ada yang tak terduga. Padahal, tahun 2007 lalu tawaran main di luar negeri sepi banget. Tapi, sepanjang tahun 2008 dan 2009 lumayan-lah. Hahaha....
Sudah manggung di mana saja, sih?
Sebenarnya tempat yang kami datangi sama-sama aja, rata-rata ke Malaysia, Singapore, dan sempat tahun 2008 lalu ke Korea. Dan waktu ke sana, ternyata Mocca cukup terkenal! Itu benar-benar kejutan buat kami. Soalnya, yang kami tahu lagu-lagu kami memang sering dipakai untuk jingle iklan dan diselipin di sinetron-sinetron Korea. Lucunya, sebelum kami ke sana, mereka nggak tahu kalau yang namanya Mocca itu orang Indonesia! Hahaha.... Dan karena kemarin itu sambutannya baik, bulan Juni nanti kami diundang lagi oleh mereka untuk bikin sebuah konser di sana. Hahaha.... Padahal, di Indonesia aja belum, ya? Dan sebelum ke Korea, kami main di sebuah festival jazz di Thailand. Tapi, lupa apa nama festivalnya.
Kalau boleh tahu, konsernya bakal sebesar apa, sih?
Sejujurnya kami juga nggak tahu. Hehehe.... Waktu tahun lalu sih, konser kami ditonton oleh 3000 orang! Benar-benar terharu. Tapi, panitianya sih, sudah mengirimkan lay out stage-nya kepada kami, tapi benar-benar cuma gambaran kasarnya aja. Kayaknya sih tempatnya, gede.
Ngomong-ngomong kalian kan sibuk banget bepergian ke luar negeri. Terus, album keempat kapan keluarnya, nih?
Hahaha.... Jujur aja sudah lama kami pengin mengerjakannya, tapi benar-benar nggak punya waktu karena sering jalan-jalan itu. Susah banget fokus untuk bikin album. Tapi, kami selalu berkarya, kok, dengan membuat merilis beberapa singel yang dimasukkan ke beberapa kompilasi. Dari akhir tahun lalu sampai tahun ini aja, kami sudah mengeluarkan dua singel. Yang pertama Promises, ada di album kompilasi Siaga Bencana dari LIPI. Dan Lucky Me di yang masuk ke dalam sebuah album kompilasi berjudul Synchronize. Tapi, memang sih, nggak terlalu kedengaran. Nggak tahu kenapa. Hahaha....
Oke. Kalau begitu kasih bocoran dong, tentang album keempat ini?
Ah, nggak mau bilang-bilang, ah. Ntar dicuri orang lain lagi! Hahaha.... Sebenarnya konsepnya sudah ada, tapi nggak tahu perkembangannya nanti bagaimana. Tapi, kayaknya sih, album ini masih akan lama rilisnya. Penginnya sih, tahun ini, tapi.... kayaknya nggak bisa. Mungkin tahun depan. Tunggu aja, ya!

Jumat, 29 Mei 2009

Buku: Burning Up-On Tour with Jonas Brothers


udul: Burning Up – On Tour with Jonas Brothes
Penulis: Joe, Nick & Kevin Jonas
Penerbit: Disney Hyperion Books, 2008 (***)

Apalagi yang bisa dilakukan oleh Jonas Brothers untuk memuaskan penggemar mereka selain merilis album, melakukan tur dan mengeluarkan film 3-D? Jawabannya ya buku ini! Ditulis sendiri oleh mereka, buku berukuran majalah dengan hard cover ini dijamin bisa memuaskan rasa cinta dan penasaran pecinta trio ini. Penuh dengan foto-foto eksklusif yang tidak ditemukan di mana pun (plus caption yang mereka tulis sendiri!), buku ini mengulas habis-habisan kehidupan Joe bersaudara sebagai musisi. Kesibukan mereka di belakang panggung, hobi mereka, sampai penyakit diabetes Nick dan adik mereka, dibahas di sini. Puas!

Stephan Kotas "Indonesia Rumah Keduaku"


Sebelum Stephan menginjakan kakinya di Indonesia, dia sudah jatuh cinta terlebih dahulu dengan negeri kita ini. Bahkan nih, dia sampai bela-belain belajar bahasa Indonesia dulu saat dia masih berada di negara asalnya, Cekoslovakia. Kini, setelah tinggal bertahun-tahun di Indonesia, cowok kelahiran Prague, Cekoslovakia, 8 Juli 1984, ini tidak hanya menjejakan kakinya ke berbagai tempat-tempat menarik di Indonesia, tapi juga mulai melebarkan sayapnya ke dunia entertainment.

Awalnya Ingin Traveling
“Sebenarnya awal aku datang ke sini cuma ingin traveling,” Stephan membuka obrolan dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih, tapi dengan logat yang aneh. “Dari kecil aku sudah hobi traveling. Umur 16 tahun aku sudah backpacking keliling Eropa sendirian. Setelah Eropa, aku ingin traveling ke Asia, terutama Indonesia. Karena Indonesia itu kan, luas sekali, jadi untuk traveling bagus,” sambung Stephan, sambil tersenyum.
Punya keinginan kuat untuk traveling ke Indonesia bikin Stephan ingin belajar bahasa Indonesia. Keberuntungan ternyata berpihak pada cowok penyuka warna merah ini. Sang guru yang mengajarkannya bahasa Indonesia membuka jalan untuk dia mendapatkan beasiswa belajar di Indonesia. “Aku dapat beasiswa untuk belajar seni dan budaya di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) selama satu tahun. Kalau nggak salah itu tahun 2004,” ucapnya dengan dahi berkerut, berusaha mengingat.

Sempat Terkaget-kaget
Datang ke negara yang punya iklim dan kebiasaan yang beda jauh dengan negara asalnya, bikin anak kedua dari tiga bersaudara ini sempat terkaget-kaget. “Pertama kali saat aku mau sarapan, aku dikasih nasi sama ayam goreng. Hahaha,” katanya, tertawa. “Soalnya kalau di Ceko, itu untuk makan malam, kok di sini untuk sarapan. Biasanya sarapan dengan roti, sereal dan susu. Jadi waktu disediakan nasi sama ayam sempat agak bingung juga, sih,” ceritanya, geli sendiri.

Berkarier di Indonesia
“Selagi kerja di Bali, aku ketemu teman-teman dari Jakarta. Mereka menyarankan aku untuk jadi model aja. Terus aku coba-coba. Jadi selama di Bali, aku sering bolak-balik Bali-Jakarta untuk pemotretan,” jelas Stephan. Makin lama bergelut sebagai model, makin banyak kesempatan untuk mencoba bidang lain, seperti akting. Akhirnya Stephan memutuskan untuk meninggalkan Bali dan hijrah ke Jakarta.
Sampai saat ini, Stephan telah menjadi bintang video klip Andity, Ussy Sulistiawati dan D'' Masiv. Dia juga pernah muncul di sinetron Suci, Cinta Bunga dan Rasta & Bella, serta main di film MBA, Cinta Setaman dan Urbanisexy. Selain itu, saat ini Stephan juga lagi disibukan dengan pekerjaan barunya sebagai presenter program acara jalan-jalan, Koper dan Ransel di Trans TV. “Sebenarnya aku nggak terlalu suka presenting. Tapi, karena ini presenting acara traveling, aku mau,” ungkapnya, disertai cengiran lebar.

Suka Alam Indonesia
Yap, traveling memang cinta matinya Stephan. Itu pula yang jadi tujuan awal dia datang ke Indonesia. Nggak aneh dong, kalau setelah ada di sini, Stephan sudah ngubek-ngubek berbagai tempat indah yang ada di Indonesia. “Hampir semua tempat di indonesia sudah aku datangi, kecuali Sumatera dan Papua. Sumatera pernah sih, tapi hanya ke Bangka-Belitung saja,” urainya dengan nada bersemangat.
Karena alam Indonesia yang indah itulah Stephan kerasan tinggal di Indonesia. Psst, saking betahnya tinggal di sini, sampai-sampai dia menganggap Indonesia sebagai rumah keduanya, lho.

Selasa, 26 Mei 2009

Queen Bee: Bukan Film Politik


Adanya tokoh calon presiden dalam film Queen Bee nggak bikin film ini jadi film bertema politik. Karena ternyata, film yang diangkat dari sebuah cerpen karya Fajar Nugraha ini adalah film tentang remaja dengan segala konfliknya. Itu artinya, film ini adalah film untuk kita-kita!

Karena Nggak Percaya
Hidup Queenita Siregar (Tika Putri) tidak berjalan mulus seperti kebanyakan remaja lainnya. Pertama, dia merasa kesepian karena ditinggal meninggal sama sang mama. Kedua, Queen harus menghadapi ketidakpercayaan ayahnya (Mathias Muchus) sama dia. Alhasil, hidup Queen yang seharusnya seru dan ceria, jadi penuh dengan kungkungan. Bayangkan saja! Saking nggak percayanya sang ayah sama Queen, sampai-sampai ayahnya memerintahkan seorang pengawal yang memiliki kode A-14058 (Oka Antara) untuk menjadi pengawal Queen. Ugh, malas banget kan, kemana-mana diikuti sama pengawal!
Ketidakpercayaan ayahnya ini bikin Queen kesal dan bete banget sama sang ayah. Hubungan keduanya pun jadi sedikit merenggang. Ditambah lagi dengan kesibukan ayahnya sebagai calon presiden, makin jauhlah hubungan Queen dengan sang ayah. Tapi, masalah Queen nggak berhenti sampai di situ saja. Pacar tercintanya, Braga (Reza Rahardian) pun mendadak berubah jadi menyebalkan. Duh! Kok berasa banyak masalah banget, ya? Nah, di saat sedang mengalami banyak masalah inilah, Queen jadi dekat dengan A-14058. Apalagi, dirinya sempat diselamatkan oleh A-14058. Perasaan sebal Queen sama A-14058 pun perlahan memudar.

Bukan Film Politik
“Queen Bee adalah film remaja, film kita-kita,” ucap sutradara Queen Bee, Fajar Nugros (Psst, Fajar Nugraha dan Fajar Nugros adalah orang yang sama). Jadi, meskipun ada cerita tentang calon presiden dan pemilihan umum (pemilu), Fajar memastikan kalau itu hanyalah latar belakang filmnya saja. “Tapi, pengangkatan tema tentang calon presiden dan pemilu ini dilakukan juga karena sekarang ini banyak remaja yang tidak nyaman dengan situasi politik yang tengah bergejolak sekarang ini,” ucap Fajar yang pernah menjadi sutradara film pendek Mati Bujang Tengah Malam ini.
Ketidaknyamanan remaja menghadapi situasi politik inilah yang ikut mendasari dibuatnya Queen Bee. “Saya sangat peduli sekali dengan keapatisan generasi muda terhadap lingkungan dan dinamika negaranya. Makanya, kami memutuskan untuk membuat film ini,” tutur produser Queen Bee, Salman Aristo.
Sependapat dengan Salman, sang produser eksekutif, Bernhard Subiakto, juga menyatakan kalau ini adalah film remaja. “Kalaupun sedikit menampilkan nuansa politik, kami hanya ingin membangun suatu kepercayaan baru bahwa generasi muda itu bisa melihat sesuatu yang beda dari dunia politik,” jelas Bernhard, panjang lebar.

Pemain Muda
Untuk membuktikan kalau ini adalah film remaja dipilihlah bintang yang juga masih muda. Tika Putri terpilih sebagai Queen, remaja yang ceria, optimis, cantik dan smart. Selain Tika, biar lebih remaja lagi, film ini juga menampilkan band-band anak muda untuk mengisi soundtrack-nya. Ada RAN, Alexa dan Twenty First Night. “Ini adalah film remaja saat ini. Jadi apa yang ada di keseharian remaja adalah bagian dari kisah ini. RAN misalnya, punya lagu bagus untuk film ini, jadi kami bekerjasama dan mereka menjadi part of the story,” urai Fajar.
Judul: Queen Bee
Sutradara: Fajar Nugros
Pemain: Tika Putri, Oka Antara, Reza Rahardian, Mathias Muchus
Produksi: Million Pictures, 2009

Tips Awas, Salah Makan!

Siapa sih yang menolak liburan ke luar negeri? Namun, kita juga harus siap menghadapi perbedaan budaya, termasuk yang berkaitan dengan urusan perut. Karena belum tentu jenis makanannya sesuai kondisi perut kita.

Teknik Bumbu
Dinamakan teknik bumbu artinya kita harus berhati-hati dengan bumbu-bumbu dasar makanan tersebut. Karena ada beberapa masakan negara lain yang bumbunya sangat khas dan bisa bikin lidah kita terkaget-kaget.

Pelajari dulu makanannya. Sebelum datang ke negara itu, coba deh browsing internet tentang kekhasan suatu negara tersebut. Jadi, kita bisa waspada sama masakan Meksiko yang super pedas atau masakan India yang penuh kaldu.

Bawa bumbu sendiri. Setidaknya kita membawa bumbu utama yang wajib ada untuk menyedapkan rasa makanan kita. Misalnya, biar nggak bingung saat makan di Italia yang nggak pernah menyediakan saos sambal, kita sudah membawanya sendiri dari rumah.

Kurangi kadar. Kalau kita nggak tahan sama makanan yang terlalu pedas atau asam, berarti kita harus cari cara untuk mengurangi kadarnya. Kalau memang rasanya nggak bisa diubah, kurangi deh porsinya. Pesan makanan itu setengah porsi saja atau berbagi dengan orang lain. Jadi, kita terhindar dari sakit perut.

Teknik Menu
Daripada menyesal, lebih baik pilih dengan teliti makanan dari menu dengan cara:

Perhatikan bahan dasar. Bacalah keterangan bahan dasar makanan yang biasanya tertulis di dalam menu, supaya yakin kalau makanan itu bebas dari kandungan yang tidak ingin kita makan. Contohnya, buat yang alergi seafood, pastikan kalau nggak ada hewan atau tanaman laut di dalam makanan tersebut.

Cara masak. Biasanya dengan membaca menu, kita bisa tahu cara memasak makanan tersebut. Apakah direbus atau dipanggang, matang, setengah matang atau mentah. Sebaiknya kalau kita belum pernah mencicipi makanan tersebut cari jalan aman dengan memesan makanan yang matang.

Bawa kamus. Seringkali kita memesan makanan yang salah karena tidak mengerti bahasanya. Jadi, sebelum masuk restauran, kita perlu tahu sedikit arti kata-kata yang penting. Misalnya, sebutan untuk daging sapi, ayam atau babi. Kalau perlu bawa kamus buat jaga-jaga.

Ngobrol sama pelayan. Nah, kalau di dalam daftar menu tak ada penjelasan lengkap, keluarkan senjata terakhir, yaitu ngobrol sama pelayan resto. Minta dia menjelaskan menu makanan tersebut.

Teknik Etika Makan
Tiap negara punya budaya dan tradisi yang berbeda. Dan budaya akan mempengaruhi etika di meja makan. Agar kita tidak mempermalukan diri sendiri atau menyinggung orang lain, coba:

Lancarkan aksi rahasia. Di beberapa Eropa ada peraturan tidak tertulis kalau kita harus menghormati masakan orang lain dengan tidak menambah bumbu apapun lagi ke dalam makanan. Jadi kalau kita ingin menambah saus karena rasa makanan itu kurang pedas, harus sembunyi-sembunyi ya, supaya nggak kena marah.

Bawa peralatan cadangan. Beberapa restauran Timur Tengah kadang tidak menyediakan sendok atau garpu di meja makan karena terbiasa makan pakai tangan. Nah, jangan ragu untuk meminta sendok garpu pada pelayan atau membawa sendiri peralatan makan kita.

My Rich Friend




Memang terkadang kita bingung beradaptasi dengan sobat yang status ekonominya berada jauh di atas kita. Apalagi kalau sobat kita ini doyan banget menghambur-hamburkan uang, tanpa menyadari kalau teman-temannya nggak seberuntung dia.

Kondisi Menyenangkan
Sebenarnya berteman dengan sobat yang kaya raya banyak untungnya, lho. Selama kita bisa memanfaatkan keuntungan ini, kondisi pertemanan kita akan menyenangkan.
1. Bisa “numpang” fasilitas. Sobat kita yang kaya ini pasti diberikan fasilitas lengkap sama ortu-nya. Sedikit banyak kita pasti bisa menggunakan fasilitas ini bersama sobat, dong. Contoh: nebeng mobilnya untuk ke sekolah, ditraktir makan saat dompet kosong, atau kita diperbolehkan meminjam gadget-nya yang canggih.
2. Tahu info soal produk ternama atau tempat hang out yang mahal. Kalau sobat seorang shopaholic atau sosialita sejati, pasti kita akan dapat banyak pengetahuan seputar gaya hidup kalangan atas. Bahkan mungkin saja kita diajak hang out dan belanja bareng di tempat-tempat tersebut.
3. Pamor ikut naik. Biasanya,kan orang-orang kaya bukan hanya status ekonominya yang tinggi, tapi juga status sosialnya. Nah, dengan menjadi sobatnya si kaya, otomatis kita jadi ikutan terkenal dan dihormati.

Kondisi Menyebalkan
Namun, di antara semua kesenangan di atas, ada juga lho kerugian yang bikin kondisi pertemanan kita dengan si kaya jadi menyebalkan.
1. Diterpa gosip nggak sedap. Ada yang bilang kalau kita temanan sama sobat hanya karena ingin “menguras” isi dompetnya. Wah, nggak asyik banget kalau digosipin seperti ini. Bukan hanya reputasi kita yang rusak, persahabatan pun terancam bubar.
2. Dihantui rasa iri. Uang jajan besar jumlahnya, fasilitas lengkap, dan gaya hidup mewah. Setiap hari melihat semua keberuntungan yang dimiliki sobat, tanpa sadar kita pun menjadi iri kepadanya.
3. Pengeluaran bertambah besar. Sebagai teman yang baik, kita berusaha mengikuti gaya hidupnya. Tapi, kalau rutin belanja dan makan di tempat yang mahal, lama-lama dompet kita bisa jebol.
4. Ribet beradaptasi. Dia senang makan di restoran elit, padahal kita nggak biasa dengan aturan makan ala bangsawan. Saat kita ajak sobat makan di warung pinggir jalan langganan, dia langsung sakit perut. Pokoknya, ribet deh menyatukan dunia kita dengan dia.
5. Dibanding-bandingkan. Karena sering bareng, perbedaan kita dan sobat pun jadi terlihat jelas. Akhirnya, banyak orang yang membanding-bandingkan kita berdua, misalnya: “Eh, si A bajunya makin bagus, kok temannya si B malah makin dekil ya?” Bete kan mendengarnya?

Harus Menyeimbangkan
Kondisi yang menyebalkan di atas sebenarnya bisa kita atasi, kok. Selama kita dan sobat berkomitmen ingin memperkuat persahabatan, kita bisa bekerjasama untuk mengurangi dampak dari status yang nggak seimbang ini. Caranya:
1. Menyatukan perbedaan. Misalnya, kalau sobat nggak suka naik bus karena penuh dan panas, tapi kita juga nggak sanggup bayar taksi. Jalan keluarnya, pilih saja bus ber-AC yang nggak terlalu penuh. Pokoknya, kita cari jalan keluar yang bisa menguntungkan kedua belah pihak.
2. Saling mencoba beradaptasi. Jangan hanya kita yang dipaksa masuk ke dunia sobat. Sekali-kali, kita pun perlu memperkenalkan sobat ke kehidupan kita yang lebih sederhana. Siapa tahu dengan begitu dia jadi sadar bahwa terlalu menghamburkan uang itu nggak bagus, lho.
3. Bentengi diri dari pengaruh gosip. Banyak orang yang bisa saja nggak suka melihat persahabatan kita dan ingin memecah belah hubungan kita dengan sobat. Makanya kita dan sobat harus saling percaya agar bisa mengabaikan semua berita-berita bohong yang menyesatkan.

here up to attic -Pee Wee Gaskins

you are the first thing in my mind that i wanna meet
from the morning to the evening'til the end of the day can i get your kiss tonight?
just a little kiss on the cheek..

and when it's time to start all over
i wanted this to last
those things you've done had come through this
to me

i dont know what went first but we started kissing
i pused back and she laid down; we were making out it was so much fun
c'mon c'mon
let's finish what we've started
here up on the attic
and the sun is down, this song is what i'm singing

all in all it was really exciting
'it was something new and it was fun
i dont mind if we never gonna do it again
just a hug and the company, of being there is already enough for me' she said
and the sun is down, this song is what i'm singing

this song is what i'm singing

c'mon c'mon
let's finish what we've started
here up on the attic

c'mon c'mon
c'mon c'mon
here up on the attic.